21 Desember 2012

Jengkol Baik Juga untuk Kesehatan


JENGKOL alias JARIANG  yang selama ini terkenal dengan bau yang tidak sedap, rupanya memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan. Misalnya saja, buah dengan bahasa latin Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum ini sangat bagus untuk ibu hamil dan penambah nafsu makan.
Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, Vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.

Khusus untuk vitamin C terdapat kandungan 80 mg pada 100 gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa.
Selain itu, jengkol merupakan sumber protein yang baik, yaitu 23,3 g per 100 gram bahan. Kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati, yaitu hanya 18,3 gram per 100 gram. Kebutuhan protein setiap individu tentu saja berbeda-beda. Selain untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan, protein juga berfungsi membangun enzim, hormon, dan imunitas tubuh. Karena itu, protein sering disebut zat pembangun.
Untuk zat besi, Jengkol mengandung 4,7 gram per 100 gram. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Gejala-gejala orang
yang mengalami anemia defisiensi zat besi adalah kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah, sakit kepala dan mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, serta rentan terhadap infeksi. Penderita anemia kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah sulit menelan.
Remaja, wanita hamil, ibu menyusui, orang dewasa, dan vegetarian adalah yang paling berisiko untuk mengalami kekurangan zat besi. Di dalam tubuh, besi sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi.
Jengkol juga sangat baik bagi kesehatan tulang karena tinggi kandungan kalsium, yaitu 140 mg/ 100 g. Peran kalsium pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi, serta mengatur proses biologis dalam tubuh.
Keperluan kalsium terbesar adalah pada saat masa pertumbuhan, tetapi pada masa dewasa konsumsi yang cukup sangat dianjurkan untuk memelihara kesehatan tulang.
Konsumsi kalsium yang dianjurkan pada orang dewasa adalah 800 mg per hari.
Kandungan fosfor pada jengkol (166,7 mg/100 g) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi.
Tumbuhan khas wilayah Asia Tenggara ini digemari juga di Malaysia, Thailand dan Indonesia sendiri, terutama di wilayah Jawa
Barat yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Tanaman jengkol berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 10-26 meter. Buahnya berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buahnya lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7 biji. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap.
Jengkol akan membuat kehebohan saat memasaknya dan setelah diproses oleh pencernaan, yaitu menimbulkan bau yang katanya tak sedap. Penyebab bau itu sebenarnya adalah asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor
yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau.
Saat dicerna jengkol akan menyisakan zat yang disebut asam jengkolat (jencolid acid) yang dibuang ke ginjal. Di sinilah efek yang sering ditakuti oleh orang-orang, yaitu jengkoleun atau jengkolan. Jengkolan terjadi saat asam jengkolat yang memang sulit larut dalam air akhirnya mengendap dalam ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air seni. Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman-aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal tak larut.
Risiko terkena jengkolan ini tidak tergantung pada banyaknya jengkol yang dikonsumsi, tetapi bergantung pada kerentanan tubuh seseorang. Orang yang rentan, mengonsumsi sedikit jengkol saja dapat menyebabkan terjadinya jengkolan.
Apa yang memengaruhi kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat belum jelas, tapi diduga akibat faktor genetik dan lingkungan.
Di Sumbar, jengkol dengan mudah ditemukan dipasaran. Masyarakat Sumbar umumnya sangat menyukai jengkol. Biasanya jengkol diolah menjadi aneka sambal, seperti digoreng dicampur dengan ikan, digulai dengan daun singkong, dikalio dan lain sebagainya.
Sementara, untuk menghilangkan bau tidak sedap usai makan jengkol seseorang bisa mengkonsumsi vitamin B komplek dua tablet.
Bau jengkol dimulut anda teratasi. Tidak hanya itu aroma kencing yang biasanya menyengat hidung juga hilang dengan mengkonsumsi B komplek tersebut. Tidak percaya?
Anda bisa membuktikannya, tapi ingat anda mesti yakin dulu kalau anda tidak alergi oleh jenis vitamin yang dimaksud.
di copas dari http://minggu.hariansinggalang.co.id/jengkol-baik-juga-untuk-kesehatan/#more-1186

facebook

https://www.facebook.com/b.katiksulaiman