PadekMinggu, 28 September 2008
Keberadaan perantau Minang cukup potensial jika dimanfaatkan. Apalagi tradisi pulang kampung setiap tahun saat Lebaran menjadi momentum untuk membangun nagari. Apalagi, banyak rang Minang yang terbilang sukses di tingkat nasional.
Harusnya, keberadaan perantau ini bukan lagi hanya kegiatan berulang setiap tahun yang sekadar untuk pulang kampung. Namun sudah saatnya perantau membangun nagari untuk investasi jangka panjang. ”Tradisi pulang kampung sudah menjadi bagian yang rutin dari tahun ke tahun. Ini hanyalah tradisi berulang. Belum semua perantau memanfaatkan kepulangan mereka untuk membangun nagari dalam jangka waktu panjang,” kata Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi kepada Padang Ekspres.
Diakui Gubernur, keberadaan perantau bukanlah hal baru. Apalagi, kebiasaan pulang kampung saat Lebaran selalu terjadi. Ini terbukti dengan padatnya jalur lalu lintas di Sumbar, karena meningkatnya penggunaan jalan oleh pemudik. Sebut saja jalur Padang-Bukittinggi yang tidak pernah absen dari macet jika Lebaran tiba. ”Belum ada hal baru dari perantau. Mungkin, dengan adanya Silaturahmi Saudagar Minang (SSM) 2008 bisa membangkitkan para perantau Minang untuk membangun ranah.
Apalagi hampir 70 persen masyarakat Sumbar menginginkan menjadi PNS. Padahal, kesempatannya terbatas. Artinya, sudah saat masyarakat Minang mengembangkan diri dengan membuka peluang usaha. Keberadaan SSM bisa menjadi pendorong untuk itu,” kata Gubernur lagi. Jika ingin memaknai pulang kampung tersebut kata Gubernur, sudah saatnya menjadikan kampung sebagai daerah investasi. Sehingga daerah rantau menjadi pasar. Bila ini terlaksana, terjadi kemajuan dan perkembangan di kampung.
Gubernur mencontohkan, waktu pulang perantau bisa menitipkan dua sekor sapi. Kalau pulang saja 5 ribu orang setiap kabupaten, maka akan ada 10 ribu ekor sapi yang berkembang di daerah mereka. Apalagi jika seluruh perantau di masing-masing kabupaten/kota melakukan itu. ”Ini berarti sebagai bentuk investasi sosial ke kampung. Karena perantau akan memberikan kepercayaan kepada orang kampung untuk mengembangkan ternak. Ini juga bisa memotivasi masyarakat di kampung untuk mengembangkan usaha,” kata Gamawan lagi.
Masjid Raya Butuh Sentuhan Dana
Selain menjadi kampung sebagai tempat investasi, tidak ada salahnya, perantau juga mendukung berbagai pembangunan sarana di nagari sendiri. Apalagi saat ini, Pemprov Sumbar sedang mengupayakan keberadaan sebuah masjid raya di Ranah Minang. Karena hingga sekarang, Sumbar belum memiliki masjid raya yang bisa menjadi salah satu kebanggaan rang Minang. Kendati saat ini, Pemprov Sumbar sudah menganggarkan dana Rp100 miliar untuk pembangunan masjid raya sampai tahun 2009, namun itu masih belum mencukupi pembangunan masjid secara keseluruhan.
Untuk konstruksi umum saja dibutuhkan dana sekitar Rp243 miliar dan APBD hanya menampung Rp100 miliar. Saat ini pengerjaan masjid raya sudah memasuki tahap pembangunan tiang masjid. Artinya, pengerjaan masjid sudah selesai sekitar 35 persen dari pembangunan struktur utama masjid. Sebelumnya, proses pemancangan tiang yang mencapai lebih 600 tiang tersebut sudah selesai dikerjakan Juli lalu. Untuk bangunan struktur ini ditargetkan selesai Oktober 2009.
Sedangkan untuk bangunan secara arsitektur dengan kelengkapan serta fasilitas lainnya membutuhkan dana sekitar Rp520 miliar lagi. Saat ini baru tergalang dana bantuan 13.500 dollar dan Rp178 juta sumbangan dari berbagai pihak dan sumbangan dana yang terkumpul dari Nada Sambung Pribadi (NSP) Telkomsel dan Flexitone hanya terkumpul Rp20 juta. PT Semen Padang pun juga akan menyerahkan bantuan Rp1 miliar untuk pembangunan masjid ini. Pemerintah daerah kata Gubernur, juga mengalang bantuan dari Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Kuwait.
Di Arab Saudi sendiri sudah dibentuk panitia pengumpulan dana pembangunan masjid. Saat ini sedang diurus izin meminta sumbangan pembangunan masjid ke Pemerintah Arab Saudi dan izin dari Departemen Luar Negeri Indonesia sendiri. Selain itu, direncanakan akan digalang dana saat SSM yang akan digelar tanggal 10-12 Oktober mendatang. Dalam design masjid dengan luas 18.800 m2 nantinya diharapkan dapat menampung 6.000 jemaah. Dengan total luas masjid berserta fasilitas penunjang seperti food court, area bisnis dan komersial serta lainnya mencapai 30.236 m2. (*)
Harusnya, keberadaan perantau ini bukan lagi hanya kegiatan berulang setiap tahun yang sekadar untuk pulang kampung. Namun sudah saatnya perantau membangun nagari untuk investasi jangka panjang. ”Tradisi pulang kampung sudah menjadi bagian yang rutin dari tahun ke tahun. Ini hanyalah tradisi berulang. Belum semua perantau memanfaatkan kepulangan mereka untuk membangun nagari dalam jangka waktu panjang,” kata Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi kepada Padang Ekspres.
Diakui Gubernur, keberadaan perantau bukanlah hal baru. Apalagi, kebiasaan pulang kampung saat Lebaran selalu terjadi. Ini terbukti dengan padatnya jalur lalu lintas di Sumbar, karena meningkatnya penggunaan jalan oleh pemudik. Sebut saja jalur Padang-Bukittinggi yang tidak pernah absen dari macet jika Lebaran tiba. ”Belum ada hal baru dari perantau. Mungkin, dengan adanya Silaturahmi Saudagar Minang (SSM) 2008 bisa membangkitkan para perantau Minang untuk membangun ranah.
Apalagi hampir 70 persen masyarakat Sumbar menginginkan menjadi PNS. Padahal, kesempatannya terbatas. Artinya, sudah saat masyarakat Minang mengembangkan diri dengan membuka peluang usaha. Keberadaan SSM bisa menjadi pendorong untuk itu,” kata Gubernur lagi. Jika ingin memaknai pulang kampung tersebut kata Gubernur, sudah saatnya menjadikan kampung sebagai daerah investasi. Sehingga daerah rantau menjadi pasar. Bila ini terlaksana, terjadi kemajuan dan perkembangan di kampung.
Gubernur mencontohkan, waktu pulang perantau bisa menitipkan dua sekor sapi. Kalau pulang saja 5 ribu orang setiap kabupaten, maka akan ada 10 ribu ekor sapi yang berkembang di daerah mereka. Apalagi jika seluruh perantau di masing-masing kabupaten/kota melakukan itu. ”Ini berarti sebagai bentuk investasi sosial ke kampung. Karena perantau akan memberikan kepercayaan kepada orang kampung untuk mengembangkan ternak. Ini juga bisa memotivasi masyarakat di kampung untuk mengembangkan usaha,” kata Gamawan lagi.
Masjid Raya Butuh Sentuhan Dana
Selain menjadi kampung sebagai tempat investasi, tidak ada salahnya, perantau juga mendukung berbagai pembangunan sarana di nagari sendiri. Apalagi saat ini, Pemprov Sumbar sedang mengupayakan keberadaan sebuah masjid raya di Ranah Minang. Karena hingga sekarang, Sumbar belum memiliki masjid raya yang bisa menjadi salah satu kebanggaan rang Minang. Kendati saat ini, Pemprov Sumbar sudah menganggarkan dana Rp100 miliar untuk pembangunan masjid raya sampai tahun 2009, namun itu masih belum mencukupi pembangunan masjid secara keseluruhan.
Untuk konstruksi umum saja dibutuhkan dana sekitar Rp243 miliar dan APBD hanya menampung Rp100 miliar. Saat ini pengerjaan masjid raya sudah memasuki tahap pembangunan tiang masjid. Artinya, pengerjaan masjid sudah selesai sekitar 35 persen dari pembangunan struktur utama masjid. Sebelumnya, proses pemancangan tiang yang mencapai lebih 600 tiang tersebut sudah selesai dikerjakan Juli lalu. Untuk bangunan struktur ini ditargetkan selesai Oktober 2009.
Sedangkan untuk bangunan secara arsitektur dengan kelengkapan serta fasilitas lainnya membutuhkan dana sekitar Rp520 miliar lagi. Saat ini baru tergalang dana bantuan 13.500 dollar dan Rp178 juta sumbangan dari berbagai pihak dan sumbangan dana yang terkumpul dari Nada Sambung Pribadi (NSP) Telkomsel dan Flexitone hanya terkumpul Rp20 juta. PT Semen Padang pun juga akan menyerahkan bantuan Rp1 miliar untuk pembangunan masjid ini. Pemerintah daerah kata Gubernur, juga mengalang bantuan dari Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Kuwait.
Di Arab Saudi sendiri sudah dibentuk panitia pengumpulan dana pembangunan masjid. Saat ini sedang diurus izin meminta sumbangan pembangunan masjid ke Pemerintah Arab Saudi dan izin dari Departemen Luar Negeri Indonesia sendiri. Selain itu, direncanakan akan digalang dana saat SSM yang akan digelar tanggal 10-12 Oktober mendatang. Dalam design masjid dengan luas 18.800 m2 nantinya diharapkan dapat menampung 6.000 jemaah. Dengan total luas masjid berserta fasilitas penunjang seperti food court, area bisnis dan komersial serta lainnya mencapai 30.236 m2. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar